Pengertian
Batuk rejan,
atau juga dikenal dengan pertusis, merupakan salah satu jenis infeksi saluran
pernafasan yang mudah menular. Penyakit ini ditandai dengan gejala batuk yang
diikuti oleh suara menarik nafas bernada tinggi yang khas dan berlangsung lama.
Penyakit ini
paling sering disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, namun bisa juga disebabkan
oleh bakteri Bordetella parapertussis.
Batuk rejan
merupakan salah satu kondisi yang dapat menimbulkan kecacatan dan kematian pada
anak di bawah usia 2 tahun bila tidak ditangani. Oleh sebab itu informasi
seputar batuk rejan sangat penting untuk diketahui.
Penularan batuk
rejan adalah melalui droplet (partikel air kecil) dari batuk atau bersin
seseorang yang terinfeksi. Jadi, ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau
bersin, droplet kecil yang mengandung bakteri dapat tersebar ke udara dan terhirup
oleh orang lain yang berada di sekitarnya.
Diagnosis
Menentukan
diagnosis batuk rejan pada tahap awal sulit dilakukan. Sebab tanda dan
gejalanya dapat serupa dengan penyakit saluran pernapasan lainnya, seperti
common cold, influenza, dan bronkitis.
Umumnya, tahap
awal dari diagnosis batuk rejan adalah melalui wawancara medis dan pemeriksaan
fisik secara langsung oleh dokter. Pemeriksaan darah dan rontgen paru-paru
dapat dilakukan untuk melihat adanya tanda infeksi atau inflamasi (peradangan).
Setelahnya, bila
dibutuhkan, diagnosis dari batuk rejan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
bagian tenggorokan maupun pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) lewat DNA
tubuh.
Dari Center for
Disease Prevention and Control (CDC), pasien yang mengalami batuk lebih dari 3
minggu disarankan untuk menjalani pemeriksaan tersebut.
Gejala
Gejala pada
batuk rejan umumnya berlangsung selama 6 minggu, dan dibagi menjadi 3 fase,
yakni fase catarrhal (fase awal), fase paroksismal, dan fase konvalesens (fase penyembuhan),
yang masing-masing dapat berlangsung selama setidaknya 1–2 minggu.
Pada fase
catarrhal, gejala yang timbul dapat serupa dengan seseorang yang mengalami
common cold, yakni berupa sumbatan pada hidung, pilek, bersin-bersin, serta
mata merah. Demam juga dapat terjadi pada fase ini, dengan suhu tubuh yang
sedikit meningkat.
Setelahnya, fase
paroksismal ditandai dengan adanya gejala batuk terus-menerus yang diikuti oleh
suara tarikan nafas yang khas. Batuk-batuk umumnya berlangsung selama beberapa
menit dan lebih sering terjadi pada malam hari.
Selain itu,
wajah juga menjadi tampak kemerahan akibat batuk-batuk yang hebat, disertai
oleh mata yang tampak merah. Pada anak, kulit juga dapat tampak kebiruan bila
batuk terjadi terus-menerus dan diikuti oleh kesulitan bernapas.
Selain itu,
batuk-batuk yang terjadi juga dapat mengeluarkan dahak yang disertai muntah.
Pada remaja atau orang dewasa, suara tarikan nafas yang khas tidak selalu
timbul.
Fase konvalesens
ditandai dengan batuk berkepanjangan yang perlahan-lahan mulai mereda, namun
bisa menetap selama berminggu-minggu.
Bila tidak
ditangani, batuk rejan dapat menimbulkan komplikasi, terutama pada bayi dan
anak di bawah usia 2 tahun.
Beberapa
komplikasi yang dapat timbul adalah kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi),
kesulitan bernafas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi pada paru-paru),
kejang, gangguan ginjal, dan kurangnya pasokan oksigen ke otak.
Untuk mencegah
timbulnya komplikasi tersebut, seseorang yang diduga mengalami batuk rejan
disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter guna dilakukan evaluasi
lebih lanjut.
Pengobatan
Tujuan dari
penanganan pada batuk rejan adalah untuk membatasi atau meminimalkan terjadinya
fase paroksismal, menangani keluhan batuk yang mengganggu, serta memaksimalkan
asupan nutrisi, istirahat, dan proses penyembuhan.
Pengobatan batuk
rejan dapat menggunakan obat-obatan antimikroba atau antibiotik untuk
mempercepat pemusnahan bakteri penyebab, serta mencegah penyebaran penyakit.
Selain itu,
pengobatan dapat juga diberikan untuk mengatasi gejala batuk, pilek, atau demam
yang timbul. Namun, penggunaan obat-obatan tentu harus sesuai dengan indikasi
dan resep dari dokter.
Seseorang yang
mengalami batuk rejan disarankan untuk beristirahat yang cukup, memastikan
bahwa asupan cairan tubuh tercukupi, serta yang terpenting adalah berkonsultasi
dengan dokter.
Pemeriksaan oleh
dokter dilakukan melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik secara langsung
untuk menentukan diagnosis dan penanganan yang sesuai.
Pencegahan
Pencegahan dari
penyakit batuk rejan adalah dengan imunisasi DPT(difteri, pertusis dan
tetanus), yang dapat diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan (atau 2
bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, sesuai program yang dilaksanakan).
Selanjutnya,
pengobatan dapat diteruskan dengan imunisasi booster pada usia 15–18 bulan dan
4–6 tahun.
Selain itu,
pencegahan dari penularan batuk rejan juga dapat dilakukan dengan cara menutup
hidung dan mulut setiap kali batuk atau bersin, membuang tisu yang digunakan
segera, dan mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun.
No comments:
Post a Comment