Pengertian
Asma adalah
penyakit jangka panjang pada saluran pernapasan yang ditandai dengan
penyempitan dan peradangan saluran napas. Akibatnya timbul rasa sesak dan
kesulitan bernapas. Gejala lain dari asma adalah nyeri dada, batuk, dan mengi.
Saluran
pernapasan penderita asma cenderung lebih sensitif ketimbang yang tidak
mengidapnya. Itulah sebabnya saat paru-paru penderita asma teriritasi salah
satu pemicu, otot pernapasan akan menjadi kaku dan saluran napas pun menyempit.
Beberapa pemicunya antara lain asap rokok, terpapar zat kimia, bulu binatang,
atau bahkan udara dingin.
WHO mengestimasi
sekitar 235 juta populasi dunia adalah penderita asma. Menurut data dari Riset
Data Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia 2013, penderita asma di Indonesia
adalah 4.5 persen dari keseluruhan penduduk. Prevalensi asma tertinggi terdapat
di Sulawesi Tengah sebanyak 7.8 persen diikuti Nusa Tenggara Timur 7.3 persen,
DI Yogyakarta 6.9 persen, dan Sulawesi Selatan 6.7 persen.
Asma bisa
menyerang siapa pun dan tidak bisa disembuhkan. Namun penanganan yang tepat
dapat mengontrol serangan dan penderita bisa menikmati hidup berkualitas.
Apabila Anda
mengidap asma sejak kecil, gejalanya bisa saja menghilang saat beranjak remaja
dan muncul kembali di usia dewasa. Namun, gejala asma dengan kategori menengah
dan berat di masa kecil akan cenderung tetap ada. Asma dapat muncul pada usia
berapa pun, tidak selalu berawal dari masa kecil.
Asma adalah
penyakit menahun. Apabila tidak dilakukan penanganan dengan tepat maka dapat
ditemukan efek terhadap kualitas hidup, antara lain:
Mudah lelah
Masalah
psikologis seperti depres
Gangguan
pertumbuhan pada anak-anak
Refractory
asthma, kondisi asma parah walaupun sudah dengan penggunaan terapi maksimal
Gagal napas
Kerusakan
paru-paru
Diagnosis
Untuk memastikan
diagnosis asma, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Dimulai dari
wawancara pasien dengan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan,
seperti kapan gejala tersebut muncul beserta frekuensinya, apakah sesak napas
disertai nyeri dada, serta riwayat kesehatan keluarga.
Jika informasi
yang didapat mengarah pada penyakit asma, dokter lantas akan melakukan
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Berikut ini adalah tes yang umumnya
dilakukan dokter dalam proses diagnosis asma:
Spirometri
Pasien akan
diminta untuk menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secepat mungkin ke
dalam alat spirometer. Tes ini ditujukan untuk mengukur kinerja paru-paru
berpatokan pada volume udara yang dapat pasien embuskan dalam satu detik dan
jumlah total udara yang diembuskan.
Untuk mengetahui
kondisi saluran pernafasan, data yang didapat akan dibandingkan dengan
pengukuran rata-rata orang sehat yang seusia dengan Anda. Dokter mungkin akan
melakukan tes ini dua kali; sebelum menggunakan inhaler dan setelah menggunakan
inhaler. Jika hasil tes setelah menggunakan inhaler lebih bagus, maka
kemungkinan besar pasien memang menderita asma.
Tes Kadar Arus
Ekspirasi Puncak
Tes ini
dilakukan dengan tujuan mengukur tingkat embusan udara. Dokter akan meminta
Anda mengembuskan napas secepat mungkin ke dalam alat peak flow meter (PFM).
Hasilnya akan memerlihatkan seberapa cepat Anda dapat mengembuskan udara dari
paru-paru dalam satu kali nafas.
Dokter bisa
menyarankan pasien untuk membeli PFM untuk digunakan di rumah. Kemudian Anda
akan diminta melakukan tes setiap hari dan mencatat hasilnya serta kapan tes
dilakukan. Ini akan memberikan data akurat untuk mengetahui kapan asma
memburuk.
Tes Asma Lainnya
Selain kedua tes
di atas, beberapa tes berikut mungkin dibutuhkan untuk mendiagnosis asma atau
membantu pendeteksian penyakit lain. Tes yang dimaksud adalah:
Tes respons saluran
napas
Pemeriksaan
dilakukan untuk mengetahui reaksi saluran napas jika terpapar salah satu pemicu
asma. Anda akan diminta untuk menghirup serbuk kering (mannitol) yang jumlahnya
ditingkatkan seiring tes berlangsung. Kemudian Anda akan mengembuskan napas ke
spirometer untuk melihat seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah
terkena pemicu. Jika turun drastis, maka kemungkinan besar pasien mengidap
asma.
Pemeriksaan
alergi
Dokter akan
melakukan tes alergi untuk mengetahui apakah gejala asma terjadi karena alergi
terhadap sesuatu.
CT scan
Apabila dokter
mencurigai sesak napas bukan sebagai gejala asma melainkan infeksi paru-paru
atau kelainan rongga hidung, maka CT scan akan dilakukan.
Gejala
Kebanyakan
penderita asma pasti pernah merasakan kesulitan bernapas. Penderita dengan
kondisi parah malah mungkin mengalaminya lebih sering. Gejala utama asma antara
lain mengi (suara yang dihasilkan udara saat melalui saluran pernapasan yang
menyempit), dada terasa seperti ada yang menghimpit, batuk, dan sulit bernapas.
Memang
gejala-gejala tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal tetapi dapat dipastikan
sebagai asma apabila:
Sering kambuh
Gejala terasa
lebih berat pada tengah malam dan awal pagi hari
Sepertinya
terjadi sebagai respons dari pemicu asma—misalnya aktivitas fisik berlebihan
atau terpapar alergen (seperti bulu binatang)
Gejala asma yang
memburuk dalam waktu singkat, dikenal sebagai serangan asma. Ini bisa terjadi
tiba-tiba atau bertahap selama beberapa hari. Gejala-gejala serangan asma,
antara lain:
Mengi, batuk,
dan dada terasa seperti terhimpit dirasa semakin berat dan sering
Aktivitas makan,
bicara, dan tidur terganggu oleh kesulitan bernapas
Jantung berdebar
Mengantuk, mengalami
kebingungan, letih, atau pusing
Jari atau bibir
membiru
Pingsan
Jika Anda sudah
didiagnosis menderita asma, pada saat serangan asma ini inhaler pereda tidak
akan membantu dan hasil tes arus puncak respirasi terlihat menurun cukup
drastis. Segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pengobatan
Penanganan asma
memiliki dua tujuan, yaitu meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh.
Tentunya pengobatan harus disesuaikan dengan hasil diagnosis dokter dan kondisi
penderita.
Pengobatan utama
asma antara lain:
Menghindari
pemicu munculnya gejala
Menggunakan
inhaler pereda –digunakan untuk meredakan gejala asma jangka pendek dengan
membuat saluran pernapasan rileks
Penggunaan
inhaler pencegah –digunakan rutin setiap hari untuk mengurangi radang pada
saluran pernapasan dan mencegah gejala asma kambuh
Penggunaan
inhaler kombinasi pencegah dan pereda –digunakan setiap hari agar mencegah
timbulnya gejala asma serta membuat saluran pernapasan rileks dalam jangka
waktu lebih lama
Rencana
Penanganan Asma
Dokter akan
memandu Anda untuk membuat jurnal penanganan asma individual. Di dalamnya
terdapat informasi mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, bagaimana cara
memonitor kondisi, dan apa yang harus dilakukan apabila terjadi serangan asma.
Sebaiknya, rencana penanganan ini ditinjau ulang setidaknya satu kali dalam
setahun. Jika gejala asma memburuk, peninjauan harus dilakukan lebih sering.
Salah satu
informasi yang harus Anda catat di dalam jurnal adalah hasil dari pemeriksaan
peak flow meter. Jadi, Anda akan disarankan untuk membelinya. Dengan demikian,
Anda dapat memantau kondisi asma sehingga dapat memprediksi serangan asma dan
mengambil langkah penanganan yang diperlukan.
Obat-obatan asma
yang disarankan
Selain
penanganan dengan inhaler, obat-obatan kadang juga diperlukan dalam rencana
pengobatan, misalnya:
Tablet
theophilline. Umumnya, penderita asma diberikan obat ini untuk membantu
melebarkan saluran pernapasan dengan melemaskan otot-otot di sekelilingnya.
Efek samping dari obat ini antara lain mual, sakit kepala, muntah, dan gangguan
perut.
Tablet
leukotriene receptor antagonist (montelukast). Obat dikonsumsi satu kali sehari
untuk mencegah radang di dalam saluran pernapasan. Obat ini digunakan untuk
mencegah gejala asma. Efek sampingnya antara lain gangguan perut atau sakit
kepala.
Steroid oral
Jika asma Anda
masih belum dapat dikendalikan, dokter mungkin akan menyarankan untuk
mengonsumsi tablet steroid. Obat ini dapat meredakan radang yang terjadi di
dalam saluran pernapasan.
Dokter spesialis
paru akan memantau penggunaan obat ini karena jika dikonsumsi dalam jangka
panjang akan berefek samping pada pengeroposan tulang, hipertensi, diabetes,
otot melemah, kulit menipis, dan nafsu makan meningkat. Efek samping yang lebih
serius adalah katarak atau glaukoma.
Biasanya dokter
hanya akan memberikan obat untuk jangka waktu pendek sebagai obat tambahan
menangani infeksi lain. Setelahnya, pasien akan kembali ke rencana pengobatan
sebelumnya.
Pengendalian
Asma
Walaupun asma
tidak dapat disembuhkan, namun penderitanya dapat menjalani hidup berkualitas
jika melakukan hal berikut:
Mengenali dan
menghindari pemicu asma
Mengenali
serangan asma dan langkah pengobatan tepat
Menggunakan obat
yang diberikan oleh dokter secara teratur
Perhatikan
kondisi saluran napas Anda
Jika penggunaan
inhaler pereda semakin sering, konsultasikan ke dokter. Bisa saja rencana
pengobatan Anda membutuhkan penyesuaian dengan kondisi.
Penyebab
Asma belum
diketahui penyebabnya. Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang bengkak
dan sensitif. Ketika terpapar faktor pemicu asma, saluran pernapasan lebih
mudah menyempit dan tersumbat lendir.
Berikut adalah
beberapa hal yang dapat memicu terjadinya gejala penyakit asma:
Infeksi,
terutama yang berhubungan dengan saluran napas atas seperti flu
Bulu binatang
Asap rokok,
polusi udara
Obat-obatan,
misalnya obat pereda sakit anti-inflamasi nonsteroid seperti aspirin dan
ibuprofen
Emosi
berlebihan, misalnya tertawa terbahak-bahak
Alergi makanan,
misalnya alergi kacang-kacangan
Stres
Cuaca, termasuk
perubahan suhu udara, udara dingin, lembap
Kondisi dalam
ruangan yang lembap atau berdebu
Olahraga
Begitu pemicu
sudah diketahui, usahakan untuk menghindarinya agar dapat mengontrol gejala
asma.
Faktor Risiko
Walaupun
penyebab pasti asma belum diketahui. Namun, ada beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko Anda terhadap penyakit tersebut, termasuk hal di bawah ini:
Memiliki riwayat
keluarga berpenyakit asma atau atopik seperti eksim
Memiliki kondisi
atopik
Menderita
bronkitis
Terpapar asap
rokok pada masa kanak-kanak
Ibu merokok saat
mengandung pasien
Lahir sebagai
bayi prematur atau berat badan lahir rendah
No comments:
Post a Comment