Saturday, July 28, 2018

Penyakit Asma : Penyebab, Gejala dan Cara Mengobatinya


Pengertian
Asma adalah penyakit jangka panjang pada saluran pernapasan yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan saluran napas. Akibatnya timbul rasa sesak dan kesulitan bernapas. Gejala lain dari asma adalah nyeri dada, batuk, dan mengi.

Saluran pernapasan penderita asma cenderung lebih sensitif ketimbang yang tidak mengidapnya. Itulah sebabnya saat paru-paru penderita asma teriritasi salah satu pemicu, otot pernapasan akan menjadi kaku dan saluran napas pun menyempit. Beberapa pemicunya antara lain asap rokok, terpapar zat kimia, bulu binatang, atau bahkan udara dingin.

Penyakit Asma

WHO mengestimasi sekitar 235 juta populasi dunia adalah penderita asma. Menurut data dari Riset Data Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia 2013, penderita asma di Indonesia adalah 4.5 persen dari keseluruhan penduduk. Prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah sebanyak 7.8 persen diikuti Nusa Tenggara Timur 7.3 persen, DI Yogyakarta 6.9 persen, dan Sulawesi Selatan 6.7 persen.

Asma bisa menyerang siapa pun dan tidak bisa disembuhkan. Namun penanganan yang tepat dapat mengontrol serangan dan penderita bisa menikmati hidup berkualitas.

Apabila Anda mengidap asma sejak kecil, gejalanya bisa saja menghilang saat beranjak remaja dan muncul kembali di usia dewasa. Namun, gejala asma dengan kategori menengah dan berat di masa kecil akan cenderung tetap ada. Asma dapat muncul pada usia berapa pun, tidak selalu berawal dari masa kecil.

Asma adalah penyakit menahun. Apabila tidak dilakukan penanganan dengan tepat maka dapat ditemukan efek terhadap kualitas hidup, antara lain:

Mudah lelah
Masalah psikologis seperti depres
Gangguan pertumbuhan pada anak-anak
Refractory asthma, kondisi asma parah walaupun sudah dengan penggunaan terapi maksimal
Gagal napas
Kerusakan paru-paru

Diagnosis
Untuk memastikan diagnosis asma, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Dimulai dari wawancara pasien dengan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan, seperti kapan gejala tersebut muncul beserta frekuensinya, apakah sesak napas disertai nyeri dada, serta riwayat kesehatan keluarga.

Jika informasi yang didapat mengarah pada penyakit asma, dokter lantas akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Berikut ini adalah tes yang umumnya dilakukan dokter dalam proses diagnosis asma:

Spirometri
Pasien akan diminta untuk menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secepat mungkin ke dalam alat spirometer. Tes ini ditujukan untuk mengukur kinerja paru-paru berpatokan pada volume udara yang dapat pasien embuskan dalam satu detik dan jumlah total udara yang diembuskan.

Untuk mengetahui kondisi saluran pernafasan, data yang didapat akan dibandingkan dengan pengukuran rata-rata orang sehat yang seusia dengan Anda. Dokter mungkin akan melakukan tes ini dua kali; sebelum menggunakan inhaler dan setelah menggunakan inhaler. Jika hasil tes setelah menggunakan inhaler lebih bagus, maka kemungkinan besar pasien memang menderita asma.

Tes Kadar Arus Ekspirasi Puncak
Tes ini dilakukan dengan tujuan mengukur tingkat embusan udara. Dokter akan meminta Anda mengembuskan napas secepat mungkin ke dalam alat peak flow meter (PFM). Hasilnya akan memerlihatkan seberapa cepat Anda dapat mengembuskan udara dari paru-paru dalam satu kali nafas.

Dokter bisa menyarankan pasien untuk membeli PFM untuk digunakan di rumah. Kemudian Anda akan diminta melakukan tes setiap hari dan mencatat hasilnya serta kapan tes dilakukan. Ini akan memberikan data akurat untuk mengetahui kapan asma memburuk.

Tes Asma Lainnya
Selain kedua tes di atas, beberapa tes berikut mungkin dibutuhkan untuk mendiagnosis asma atau membantu pendeteksian penyakit lain. Tes yang dimaksud adalah:

Tes respons saluran napas
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui reaksi saluran napas jika terpapar salah satu pemicu asma. Anda akan diminta untuk menghirup serbuk kering (mannitol) yang jumlahnya ditingkatkan seiring tes berlangsung. Kemudian Anda akan mengembuskan napas ke spirometer untuk melihat seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah terkena pemicu. Jika turun drastis, maka kemungkinan besar pasien mengidap asma.

Pemeriksaan alergi
Dokter akan melakukan tes alergi untuk mengetahui apakah gejala asma terjadi karena alergi terhadap sesuatu.
CT scan

Apabila dokter mencurigai sesak napas bukan sebagai gejala asma melainkan infeksi paru-paru atau kelainan rongga hidung, maka CT scan akan dilakukan.

Gejala
Kebanyakan penderita asma pasti pernah merasakan kesulitan bernapas. Penderita dengan kondisi parah malah mungkin mengalaminya lebih sering. Gejala utama asma antara lain mengi (suara yang dihasilkan udara saat melalui saluran pernapasan yang menyempit), dada terasa seperti ada yang menghimpit, batuk, dan sulit bernapas.

Memang gejala-gejala tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal tetapi dapat dipastikan sebagai asma apabila:

Sering kambuh
Gejala terasa lebih berat pada tengah malam dan awal pagi hari
Sepertinya terjadi sebagai respons dari pemicu asma—misalnya aktivitas fisik berlebihan atau terpapar alergen (seperti bulu binatang)
Gejala asma yang memburuk dalam waktu singkat, dikenal sebagai serangan asma. Ini bisa terjadi tiba-tiba atau bertahap selama beberapa hari. Gejala-gejala serangan asma, antara lain:
Mengi, batuk, dan dada terasa seperti terhimpit dirasa semakin berat dan sering
Aktivitas makan, bicara, dan tidur terganggu oleh kesulitan bernapas
Jantung berdebar
Mengantuk, mengalami kebingungan, letih, atau pusing
Jari atau bibir membiru
Pingsan
Jika Anda sudah didiagnosis menderita asma, pada saat serangan asma ini inhaler pereda tidak akan membantu dan hasil tes arus puncak respirasi terlihat menurun cukup drastis. Segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Pengobatan
Penanganan asma memiliki dua tujuan, yaitu meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Tentunya pengobatan harus disesuaikan dengan hasil diagnosis dokter dan kondisi penderita.

Pengobatan utama asma antara lain:

Menghindari pemicu munculnya gejala
Menggunakan inhaler pereda –digunakan untuk meredakan gejala asma jangka pendek dengan membuat saluran pernapasan rileks
Penggunaan inhaler pencegah –digunakan rutin setiap hari untuk mengurangi radang pada saluran pernapasan dan mencegah gejala asma kambuh
Penggunaan inhaler kombinasi pencegah dan pereda –digunakan setiap hari agar mencegah timbulnya gejala asma serta membuat saluran pernapasan rileks dalam jangka waktu lebih lama
Rencana Penanganan Asma

Dokter akan memandu Anda untuk membuat jurnal penanganan asma individual. Di dalamnya terdapat informasi mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, bagaimana cara memonitor kondisi, dan apa yang harus dilakukan apabila terjadi serangan asma. Sebaiknya, rencana penanganan ini ditinjau ulang setidaknya satu kali dalam setahun. Jika gejala asma memburuk, peninjauan harus dilakukan lebih sering.

Salah satu informasi yang harus Anda catat di dalam jurnal adalah hasil dari pemeriksaan peak flow meter. Jadi, Anda akan disarankan untuk membelinya. Dengan demikian, Anda dapat memantau kondisi asma sehingga dapat memprediksi serangan asma dan mengambil langkah penanganan yang diperlukan.

Obat-obatan asma yang disarankan

Selain penanganan dengan inhaler, obat-obatan kadang juga diperlukan dalam rencana pengobatan, misalnya:

Tablet theophilline. Umumnya, penderita asma diberikan obat ini untuk membantu melebarkan saluran pernapasan dengan melemaskan otot-otot di sekelilingnya. Efek samping dari obat ini antara lain mual, sakit kepala, muntah, dan gangguan perut.
Tablet leukotriene receptor antagonist (montelukast). Obat dikonsumsi satu kali sehari untuk mencegah radang di dalam saluran pernapasan. Obat ini digunakan untuk mencegah gejala asma. Efek sampingnya antara lain gangguan perut atau sakit kepala.
Steroid oral

Jika asma Anda masih belum dapat dikendalikan, dokter mungkin akan menyarankan untuk mengonsumsi tablet steroid. Obat ini dapat meredakan radang yang terjadi di dalam saluran pernapasan.

Dokter spesialis paru akan memantau penggunaan obat ini karena jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan berefek samping pada pengeroposan tulang, hipertensi, diabetes, otot melemah, kulit menipis, dan nafsu makan meningkat. Efek samping yang lebih serius adalah katarak atau glaukoma.

Biasanya dokter hanya akan memberikan obat untuk jangka waktu pendek sebagai obat tambahan menangani infeksi lain. Setelahnya, pasien akan kembali ke rencana pengobatan sebelumnya.

Pengendalian Asma

Walaupun asma tidak dapat disembuhkan, namun penderitanya dapat menjalani hidup berkualitas jika melakukan hal berikut:

Mengenali dan menghindari pemicu asma
Mengenali serangan asma dan langkah pengobatan tepat
Menggunakan obat yang diberikan oleh dokter secara teratur
Perhatikan kondisi saluran napas Anda
Jika penggunaan inhaler pereda semakin sering, konsultasikan ke dokter. Bisa saja rencana pengobatan Anda membutuhkan penyesuaian dengan kondisi.

Penyebab
Asma belum diketahui penyebabnya. Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang bengkak dan sensitif. Ketika terpapar faktor pemicu asma, saluran pernapasan lebih mudah menyempit dan tersumbat lendir.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat memicu terjadinya gejala penyakit asma:

Infeksi, terutama yang berhubungan dengan saluran napas atas seperti flu
Bulu binatang
Asap rokok, polusi udara
Obat-obatan, misalnya obat pereda sakit anti-inflamasi nonsteroid seperti aspirin dan ibuprofen
Emosi berlebihan, misalnya tertawa terbahak-bahak
Alergi makanan, misalnya alergi kacang-kacangan
Stres
Cuaca, termasuk perubahan suhu udara, udara dingin, lembap
Kondisi dalam ruangan yang lembap atau berdebu
Olahraga
Begitu pemicu sudah diketahui, usahakan untuk menghindarinya agar dapat mengontrol gejala asma.

Faktor Risiko

Walaupun penyebab pasti asma belum diketahui. Namun, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko Anda terhadap penyakit tersebut, termasuk hal di bawah ini:

Memiliki riwayat keluarga berpenyakit asma atau atopik seperti eksim
Memiliki kondisi atopik
Menderita bronkitis
Terpapar asap rokok pada masa kanak-kanak
Ibu merokok saat mengandung pasien
Lahir sebagai bayi prematur atau berat badan lahir rendah

No comments:

Post a Comment