Friday, July 27, 2018

Penyakit Askariasis : Penyebab, Gejala dan Cara Mengobatinya


Pengertian
Askariasis merupakan salah satu jenis infeksi parasit akibat cacing gelang. Cacing tersebut adalah parasit yang menggunakan tubuh manusia sebagai sarana untuk berkembang dari larva atau telur menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa, yang dapat berkembang biak, memiliki panjang yang dapat mencapai 30 sentimeter.

Askariasis merupakan salah satu jenis infeksi cacing yang cukup sering ditemui di berbagai penjuru dunia. Sebagian besar orang yang terinfeksi merupakan kasus yang tergolong ringan dengan hampir tidak ada tanda atau gejala. Namun, infeksi yang berat dapat menyebabkan bermacam-macam tanda dan gejala serta berbagai komplikasi.

Penyakit Askariasis

Kondisi ini paling sering dialami oleh anak-anak di daerah tropis dan subtropis, terutama area dengan sanitasi dan kebersihan yang kurang.

Penyebab
Askariasis tidak ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang lainnya. Melainkan, pada saat seseorang berkontak dengan tanah yang telah bercampur dengan feses manusia yang mengandung telur askariasis atau air yang terinfeksi.

Di banyak negara berkembang, feses manusia digunakan sebagai pupuk. Atau, terkadang terdapat fasilitas dengan sanitasi yang kurang baik di mana feses manusia dapat bercampur dengan tanah di lapangan terbuka, ladang, atau selokan.

Selain itu, juga terdapat kemungkinan anak-anak bermain di sekitar tanah kotor, dan infeksi juga dapat terjadi apabila mereka memasukkan tangan yang kotor ke dalam mulut. Buah dan sayuran yang belum dicuci dan tumbuh pada tanah yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan transmisi dari telur askariasis.

Beberapa faktor yang dikaitkan dengan risiko terinfeksi askariasis adalah:

Usia. Sebagian besar orang yang mengalami askariasis berusia 10 tahun atau kurang. Anak-anak pada kelompok usia ini dapat memiliki risiko yang lebih tinggi karena dinilai lebih sering terpapar tanah atau kotoran.
Cuaca yang hangat. Askariasis lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dengan cuaca yang hangat sepanjang tahun.
Sanitasi yang buruk. Askariasis sering ditemui di negara berkembang yang memiliki area di mana feses dapat bercampur dengan tanah lokal.

Gejala
Sebagian besar orang yang mengalami askariasis tidak menunjukkan tanda atau gejala. Namun, pada orang yang mengalami infeksi derajat sedang hingga berat, dapat terjadi berbagai tanda dan gejala, bergantung pada bagian tubuh yang terlibat.

Setelah telur cacing yang berukuran mikroskopis tertelan, telur dapat menetas di usus halus dan larva dapat bermigrasi melalui aliran darah atau sistem limfatik ke paru-paru. Pada tahap ini, orang yang terinfeksi dapat menunjukkan tanda dan gejala pada saluran pernapasan, seperti batuk yang persisten, sesak napas, mengi, dan sebagainya. Setelah 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva dapat naik ke tenggorok, di mana larva akan dibatukkan dan kemudian tertelan.

Larva dapat berkembang menjadi cacing dewasa di usus halus, dan cacing dewasa umumnya menetap di usus hingga mati. Pada askariasis derajat ringan atau sedang, infestasi pada usus yang terjadi dapat menyebabkan nyeri abdomen yang tidak spesifik, mual atau muntah, serta diare atau buang air besar yang disertai darah. Bila jumlah cacing yang terdapat di usus tergolong banyak, individu dapat mengalami nyeri abdomen yang berat, kelelahan, muntah terus-menerus, penurunan berat badan, serta terdapatnya cacing pada muntah atau feses.

Diagnosis
Menentukan diagnosis pada askariasis umumnya dilakukan berdasarkan hasil wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu. Pada infeksi yang berat, dapat ditemukan cacing setelah batuk atau muntah, atau pada feses.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

Analisa feses. Cacing betina yang terdapat di dalam usus dapat menetaskan telur. Telur yang terdapat di saluran cerna dapat ditemukan pada feses. Untuk menentukan diagnosis askariasis, dokter dapat memeriksa feses untuk melihat adanya telur dan larva secara mikroskopis. Namun, telur tidak tampak pada feses hingga setidaknya 40 hari setelah terinfeksi.
Pemeriksaan darah. Darah dapat diperiksa untuk mengevaluasi adanya peningkatan sel darah putih jenis tertentu, yang disebut eosinofil. Askariasis dapat menyebabkan peningkatan eosinofil, namun hal ini juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan lainnya.
Pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen dengan menggunakan sinar X, ultrasonografi (USG), computerized tomography (CT), atau magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat dilakukan bila dinilai dibutuhkan.

Penanganan
Pada sebagian kasus, infeksi askariasis dapat mereda dengan sendirinya. Namun, secara umum, infeksi yang menyebabkan keluhan akan membutuhkan penanganan.

Penanganan pada askariasis mencakup beberapa komponen, yakni:

Pengobatan anti-parasit merupakan penanganan lini pertama pada askariasis. Dokter dapat meresepkan obat anti-parasit golongan tertentu, yang dapat dikonsumsi selama satu hingga 3 hari, untuk membunuh cacing dewasa.
Pembedahan. Pada kasus infeksi yang sangat berat, prosedur pembedahan dapat dibutuhkan untuk mengevakuasi cacing dewasa dan reparasi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit ini, termasuk bila terdapat obstruksi atau perforasi usus.

Pencegahan
Cara yang baik untuk mencegah terinfeksi askariasis adalah menerapkan higienitas yang baik. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
Menjaga sanitasi. Sebelum menyentuh makanan, biasakan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air. Cuci buah dan sayuran dengan saksama sebelum dikonsumsi.
Jaga kebersihan saat bepergian. Gunakan hanya air kemasan, dan hindari sayuran mentah kecuali bila dapat dikupas dan dicuci sendiri. Usahakan untuk hanya mengonsumsi makanan yang hangat dan matang.

Pencegahan
Cara yang baik untuk mencegah terinfeksi askariasis adalah menerapkan higienitas yang baik. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

Menjaga sanitasi. Sebelum menyentuh makanan, biasakan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air. Cuci buah dan sayuran dengan saksama sebelum dikonsumsi.
Jaga kebersihan saat bepergian. Gunakan hanya air kemasan, dan hindari sayuran mentah kecuali bila dapat dikupas dan dicuci sendiri. Usahakan untuk hanya mengonsumsi makanan yang hangat dan matang.

No comments:

Post a Comment