Pengertian
Askariasis
adalah salah satu jenis infeksi cacing pada tubuh. Cacing tersebut merupakan
parasit yang menggunakan tubuh sebagai lokasi untuk berkembang dari larva atau
telur menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa dapat berukuran lebih dari 30
sentimeter.
Askariasis
merupakan salah satu jenis infeksi cacing yang cukup sering ditemui. Sebagian
besar orang yang terinfeksi bisa saja tidak mengalami keluhan atau hanya
menunjukkan tanda dan gejala yang ringan. Namun, infeksi yang berat dapat
menyebabkan tanda dan gejala yang serius serta beberapa komplikasi.
Penyakit ini
lebih sering dialami oleh anak-anak. Selain itu, askariasis juga paling sering
ditemui di negara tropis dan subtropis, terutama di area dengan sanitasi dan
higienitas yang rendah.
Penyebab
Askariasis tidak
ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang lainnya. Seseorang umumnya
terinfeksi setelah terdapat kontak dengan tanah yang tercampur feses manusia
yang mengandung telur askariasis maupun dengan air yang terinfeksi.
Pada cukup
banyak negara berkembang, feses manusia digunakan sebagai popok. Selain itu,
pada area dengan sanitasi rendah, feses manusia juga dapat bercampur dengan
tanah pada lapangan, ladang, atau selokan.
Selain itu,
anak-anak juga dapat bermain di dekat tanah, dan infeksi juga dapat terjadi
apabila mereka memasukkan tangan yang kotor ke dalam mulut. Buah dan sayuran
yang belum dicuci dan tumbuh pada tanah yang terkontaminasi juga dapat
menyebabkan transmisi dari telur askariasis.
Beberapa faktor
risiko yang berkaitan dengan askariasis adalah:
• Usia. Sebagian
besar orang yang mengalami askariasis berusia 10 tahun atau kurang. Anak-anak
pada kelompok usia ini dapat memiliki risiko yang lebih tinggi karena dinilai
lebih sering terpapar tanah atau kotoran.
• Cuaca yang
hangat. Askariasis lebih prevalen di negara-negara berkembang dengan cuaca yang
hangat sepanjang tahun.
• Sanitasi yang
buruk. Askariasis sering ditemui di negara berkembang yang memiliki area di
mana feses dapat bercampur dengan tanah lokal.
Gejala
Sebagian besar
orang yang mengalami askariasis tidak menunjukkan tanda dan gejala. Namun,
infeksi derajat sedang dan berat dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala,
bergantung dari bagian tubuh yang terlibat.
Setelah telur
askariasis yang berukuran mikroskopis masuk melalui mulut, telur dapat menetas
di usus halus dan larva dapat bermigrasi melalui aliran darah atau aliran limfe
menuju paru-paru. Pada tahap tersebut, dapat timbul beberapa tanda dan gejala
pernapasan, termasuk batuk yang persisten, sesak napas, atau mengi. Setelah
menetap selama 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva dapat dibatukkan dan
tertelan.
Larva juga dapat
tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus halus, dan cacing dewasa umumnya
menetap di usus hingga mati. Pada askariasis ringan atau sedang, adanya cacing
pada usus dapat menyebabkan nyeri perut yang tidak khas, mual dan muntah,
diare, atau terdapatnya darah pada feses.
Bila jumlah
cacing di usus cukup banyak, beberapa tanda dan gejala yang dapat timbul adalah
nyeri perut yang berat, kelelahan, muntah, penurunan berat badan atau
malnutrisi, serta terdapatnya cacing pada muntahan atau feses.
Diagnosis
Penetapan
diagnosis terhadap askariasis umumnya ditentukan melalui wawancara medis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada infeksi yang berat, dapat
ditemukan cacing setelah batuk atau muntah, atau pada feses. Beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
• Pemeriksaan
analisis feses. Cacing betina yang terdapat di dalam usus dapat menetaskan
telur. Telur yang terdapat di saluran cerna dapat ditemukan pada feses.
Untuk menentukan
diagnosis askariasis, dokter dapat memeriksa feses untuk melihat adanya telur
dan larva secara mikroskopis. Namun, telur tidak tampak pada feses hingga
setidaknya 40 hari setelah terinfeksi.
• Pemeriksaan
darah. Darah dapat diperiksa untuk mengevaluasi adanya peningkatan sel darah
putih jenis tertentu, yang disebut eosinofil. Askariasis dapat menyebabkan
peningkatan eosinofil, namun hal ini juga dapat disebabkan oleh berbagai
kondisi kesehatan lainnya.
• Pemeriksaan
pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen dengan sinar X, ultrasonografi (USG),
computerized tomography (CT), atau magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat
dilakukan bila dinilai dibutuhkan.
Penanganan
Pada sebagian
kasus, askariasis dapat mereda dengan sendirinya. Namun, secara umum, infeksi
yang menyebabkan keluhan dapat membutuhkan penanganan.
Penanganan pada
askariasis dapat melibatkan beberapa komponen, termasuk:
• Pengobatan.
Pengobatan anti-parasit merupakan penanganan lini pertama pada askariasis.
Dokter dapat meresepkan obat anti-parasit golongan tertentu, yang dapat
dikonsumsi selama satu hingga 3 hari, untuk membunuh cacing dewasa.
• Pembedahan.
Pada kasus infeksi yang sangat berat, prosedur pembedahan dapat dibutuhkan
untuk mengevakuasi cacing dewasa dan reparasi kerusakan yang disebabkan oleh
penyakit ini, termasuk bila terdapat obstruksi atau perforasi usus.
Pencegahan
Cara yang baik
untuk mencegah terinfeksi askariasis adalah menerapkan higienitas yang baik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
• Menjaga
sanitasi. Sebelum menyentuh makanan, biasakan untuk selalu mencuci tangan
dengan sabun dan air. Cuci buah dan sayuran dengan saksama sebelum dikonsumsi.
• Jaga
kebersihan saat bepergian. Gunakan hanya air kemasan, dan hindari sayuran
mentah kecuali bila dapat dikupas dan dicuci sendiri. Usahakan untuk hanya
mengonsumsi makanan yang hangat dan matang.
No comments:
Post a Comment