Friday, August 24, 2018

Penyakit Bigorexia : Penyebab, Gejala dan Cara Mengobatinya


Pengertian
Bigorexia, dikenal juga dengan istilah muscle dysmorphia atau reverse anorexia, merupakan salah satu bentuk gangguan persepsi tubuh. Penderita bigorexia meyakini bahwa dirinya terlalu kecil dan rapuh. Sekalipun dirinya sudah sangat berotot, ia akan tetap meyakini bahwa ototnya kurang besar.

Penyakit Bigorexia

Umumnya penderita bigorexia melakukan olahraga dengan intensif atau mengonsumsi steroid untuk membesarkan tubuhnya. Penyakit ini dapat dialami siapa pun, baik pria maupun perempuan. Namun penyakit ini lebih sering ditemui pada kaum pria.

Bigorexia sebenarnya adalah bagian dari kelainan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder), yaitu gangguan mental yang ditandai dengan keyakinan penderitanya bahwa bentuk tubuhnya tidak sempurna. Karena hal ini sangat mengganggu pikiran, penderitanya akan melakukan segala macam usaha agar bentuk tubuhnya sesuai dengan yang diinginkan. Namun demikian, sekali pun sudah melakukan berbagai upaya, penderita kelainan dismorfik tubuh tidak pernah merasa puas dengan bentuk tubuhnya.

Penyebab
Penyebab pasti bigorexia belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan bahwa bigorexia terjadi karena banyak faktor seperti genetik dan ketidakseimbangan neurotransmitter kimia di otak.

Selain itu, adanya kekerasan yang dialami saat anak-anak juga menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami bigorexia.

Diagnosis
Untuk memastikan adanya bigorexia, dokter perlu melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap penderita. Dokter yang kompeten untuk memastikan dan mengobati bigorexia adalah dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater).

Beberapa pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya bigorexia:

Apakah Anda merasa bersalah jika tidak berolahraga?
Apakah Anda selalu mengusahakan makan protein dan lemak yang sehat setiap hari untuk membentuk otot?
Apakah Anda sering membandingkan bentuk tubuh Anda dengan orang lain?
Apakah Anda selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik saat berada di pusat kebugaran?
Jika semua pertanyaan di atas, dijawab dengan ya, maka kemungkinan seseorang mengalami bigorexia cukup besar.

Gejala
Penderita bigorexia memiliki pemikiran yang terfokus pada masalah otot dan kekekaran tubuh. Sekali pun tubuhnya sudah berotot, ia tetap tidak puas terhadap penampilan tubuhnya.

Gejala yang dapat tampak antara lain adalah:

Melakukan aktivitas olahraga yang berlebihan atau ekstrem
Terobsesi untuk mempunyai tubuh kekar, padahal tubuhnya sudah cukup berotot
Sering bercermin, atau justru sangat menghindari bercermin
Menggunakan suplemen secara berlebihan
Merasa bersalah bila tidak berolahraga

Pengobatan
Pengobatan utama untuk bigorexia adalah dengan melakukan terapi kognitif perilaku. Pengobatan ini dilakukan oleh psikiater. Melalui terapi kognitif perilaku, dokter akan mengajarkan penderita untuk mengidentifikasi pemikiran yang tidak tepat tentang tubuhnya, serta mengajarkan bagaimana cara mengelola pemikiran tersebut menjadi lebih obyektif dan realistis.

Pengobatan ini membutuhkan kerja sama yang baik antara psikiater dan penderita, serta membutuhkan keteraturan untuk melakukannya. Dibutuhkan terapi selama beberapa bulan untuk mengubah pemikiran penderita untuk menjadi lebih rasional.

Selain itu, umumnya dibutuhkan pula obat anti-depresan untuk membantu mengatasi bigorexia. Studi membuktikan bahwa kombinasi antara terapi kognitif perilaku dan konsumsi obat antidepresan cukup efektif untuk mengontrol perilaku, dan memperbaiki pemikiran serta persepsi penderita tentang tubuhnya.

Pencegahan
Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah bigorexia.

No comments:

Post a Comment