Pengertian
Bigorexia, dikenal juga dengan istilah muscle dysmorphia atau reverse
anorexia, merupakan salah satu bentuk gangguan persepsi tubuh. Penderita
bigorexia meyakini bahwa dirinya terlalu kecil dan rapuh. Sekalipun dirinya
sudah sangat berotot, ia akan tetap meyakini bahwa ototnya kurang besar.
Umumnya penderita bigorexia melakukan olahraga dengan intensif atau
mengonsumsi steroid untuk membesarkan tubuhnya. Penyakit ini dapat dialami
siapa pun, baik pria maupun perempuan. Namun penyakit ini lebih sering ditemui
pada kaum pria.
Bigorexia sebenarnya adalah bagian dari kelainan dismorfik tubuh (body
dysmorphic disorder), yaitu gangguan mental yang ditandai dengan keyakinan
penderitanya bahwa bentuk tubuhnya tidak sempurna. Karena hal ini sangat
mengganggu pikiran, penderitanya akan melakukan segala macam usaha agar bentuk
tubuhnya sesuai dengan yang diinginkan. Namun demikian, sekali pun sudah
melakukan berbagai upaya, penderita kelainan dismorfik tubuh tidak pernah
merasa puas dengan bentuk tubuhnya.
Penyebab
Penyebab pasti bigorexia belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan
bahwa bigorexia terjadi karena banyak faktor seperti genetik dan
ketidakseimbangan neurotransmitter kimia di otak.
Selain itu, adanya kekerasan yang dialami saat anak-anak juga menyebabkan
seseorang lebih rentan mengalami bigorexia.
Diagnosis
Untuk memastikan adanya bigorexia, dokter perlu melakukan wawancara
mendalam dan observasi terhadap penderita. Dokter yang kompeten untuk
memastikan dan mengobati bigorexia adalah dokter spesialis kesehatan jiwa
(psikiater).
Beberapa pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
bigorexia:
Apakah Anda merasa bersalah jika tidak berolahraga?
Apakah Anda selalu mengusahakan makan protein dan lemak yang sehat setiap
hari untuk membentuk otot?
Apakah Anda sering membandingkan bentuk tubuh Anda dengan orang lain?
Apakah Anda selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik saat berada di pusat
kebugaran?
Jika semua pertanyaan di atas, dijawab dengan ya, maka kemungkinan
seseorang mengalami bigorexia cukup besar.
Gejala
Penderita bigorexia memiliki pemikiran yang terfokus pada masalah otot dan
kekekaran tubuh. Sekali pun tubuhnya sudah berotot, ia tetap tidak puas
terhadap penampilan tubuhnya.
Gejala yang dapat tampak antara lain adalah:
Melakukan aktivitas olahraga yang berlebihan atau ekstrem
Terobsesi untuk mempunyai tubuh kekar, padahal tubuhnya sudah cukup berotot
Sering bercermin, atau justru sangat menghindari bercermin
Menggunakan suplemen secara berlebihan
Merasa bersalah bila tidak berolahraga
Pengobatan
Pengobatan utama untuk bigorexia adalah dengan melakukan terapi kognitif
perilaku. Pengobatan ini dilakukan oleh psikiater. Melalui terapi kognitif
perilaku, dokter akan mengajarkan penderita untuk mengidentifikasi pemikiran
yang tidak tepat tentang tubuhnya, serta mengajarkan bagaimana cara mengelola
pemikiran tersebut menjadi lebih obyektif dan realistis.
Pengobatan ini membutuhkan kerja sama yang baik antara psikiater dan
penderita, serta membutuhkan keteraturan untuk melakukannya. Dibutuhkan terapi
selama beberapa bulan untuk mengubah pemikiran penderita untuk menjadi lebih
rasional.
Selain itu, umumnya dibutuhkan pula obat anti-depresan untuk membantu
mengatasi bigorexia. Studi membuktikan bahwa kombinasi antara terapi kognitif
perilaku dan konsumsi obat antidepresan cukup efektif untuk mengontrol
perilaku, dan memperbaiki pemikiran serta persepsi penderita tentang tubuhnya.
Pencegahan
Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
bigorexia.
0 Response to "Penyakit Bigorexia : Penyebab, Gejala dan Cara Mengobatinya"
Post a Comment