Pengertian
Attention
Deficit Disorder (ADD) adalah suatu bentuk kelainan yang membuat seseorang
sulit mengontrol tindakannya dan/atau mengalami kesulitan untuk fokus pada
sesuatu atau sulit memperhatikan suatu kondisi atau wacana.
ADD juga dikenal
dengan istilah lain, yaitu Attention Deficit atau Hyperactivity Disorder
(ADHD). Istilah ini merupakan istilah resmi untuk menggambarkan gangguan ini.
Kondisi ini biasanya dapat mulai disadari sejak masa kanak-kanak.
Penyebab
Attention
Deficit Disorder (ADD) muncul akibat adanya perbedaan respons kimiawi,
struktural, dan jaringan pada otak. Sering kali, hal ini timbul akibat adanya
permasalahan genetik.
Penelitian
membuktikan adanya abnormalitas pada kerja neurotrasmiter otak pada penderita
ADD, terutama dopamin dan norepinefrin. Neurotransmiter merupakan bagian otak
yang berfungsi membantu komunikasi antar sel saraf dan mengaktivasi berbagai
fungsi otak.
Studi
menggunakan pencitraan membuktikan perbedaan antara aktivitas otak penderita
ADD dengan mereka yang tidak menderita ADD. Penderita ADD ditemukan memiliki
penurunan aktivitas otak, terutama pada area premotor cortex dan prefrontal
cortex. Kedua area tersebut dianggap penting untuk aktivitas motorik dan
kemampuan memberi perhatian. Ditemukan pula perbedaan pada struktur otak
penderita ADD, misalnya pada volume otak, juga pada pemetaan gray dan white
matter otak.
Selain itu, pada
penderita ADD diperkirakan adanya pola jaringan yang buruk antar bagian otak
dan juga terjadinya rute komunikasi yang berbeda dalam otak. Kelainan ini
menyebabkan seorang dengan ADD sulit memberikan kinerja seperti orang tanpa ADD
dan karena itu bisa jadi membutuhkan usaha lebih besar untuk terlibat dalam
berbagai aktivitas normal sehari-hari.
Faktor genetik
memiliki peran penting dalam munculnya ADD. Diperkirakan 40–60 % anak dari
orang tua dengan ADD akan memiliki ADD pula. Studi menunjukkan beberapa profil
gen yang sudah ditemukan memiliki kaitan dengan ADD, antara lain adalah gen
DRD4, D2, dan DAT 1.
Diagnosis
Attention
Deficit Disorder (ADD) merupakan diagnosis yang rumit dan membutuhkan bantuan
seorang ahli untuk dapat menentukan kondisi ini. Misalnya dokter ahli
psikiatri, psikolog, dan sebagainya.
Sering kali,
diagnosis baru diberikan setelah observasi perilaku dalam beberapa kesempatan
maupun situasi yang berbeda. Evaluasi yang diperlukan untuk menentukan ADD bisa
berupa:
Mengumpulkan
informasi seputar riwayat keluarga dan riwayat medis pasien.
Pemeriksaan
fisik.
Wawancara dengan
orang tua, anak, bahkan guru.
Pengisian
kuesioner yang berhubungan dengan perilaku anak, oleh orang tua dan guru.
Observasi
terhadap anak atau pasien.
Berbagai tes
psikososial untuk menilai IQ, kemampuan sosial dan emosional, juga mendeteksi
adanya serta jenis kesulitan belajar yang dialami.
Beberapa hal
yang dapat dijadikan patokan dalam membuat diagnosis adalah:
Adanya gejala
inatensi (tidak ada perhatian), hiperaktivitas, impulsif selama setidaknya enam
bulan gejala tersebut berlangsung yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
seseorang.
Beberapa gejala
yang menimbulkan gangguan harus muncul sebelum usia 7 tahun.
Gejala yang
menyebabkan gangguan muncul pada dua atau lebih situasi berbeda (misalnya rumah
dan sekolah).
Adanya bukti
gangguan yang signifikan secara klinis dalam menjalankan fungsi sosial,
akademik, atau pekerjaan.
Gejala tidak
muncul saat ada gangguan Pervasive Development Disorder, Skizofrenia, atau
gangguan psikotik lainnya dan bukan disebabkan oleh masalah mental lain.
Gejala
Terdapat
beberapa grup besar gejala yang muncul pada seseorang dengan Attention Deficit
Disorder (ADD).
1. Gejala
inatensi, misalnya:
Sulit
memperhatikan detail dan ceroboh.
Sulit fokus
dalam jangka waktu panjang dalam mengerjakan tugas atau bermain.
Tampak tidak
mendengarkan saat diajak berbicara.
Sulit memahami
instruksi dan sulit menyelesaikan tugas.
Sulit
mengorganisasi tugas.
Sering kali
menghindari atau tidak menyukai tugas yang membutuhkan fokus berkepanjangan.
Contohnya: tugas sekolah atau PR.
Sering
kehilangan barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas.
Mudah teralihkan
perhatiannya.
Mudah lupa.
2. Gejala
hiperaktivitas, misalnya:
Sering
menggerakkan tangan dan kaki, serta tampak gelisah jika duduk.
Sering
meninggalkan tempat duduk dalam kelas.
Tampak berlari
atau memanjat secara berlebihan dan pada situasi yang kurang tepat.
Sulit bermain
atau melakukan aktivitas secara hening.
Sering kali
bicara secara berlebihan.
3. Gejala
impulsif, misalnya:
Sering
memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai.
Sulit menunggu
untuk bergantian.
Sering
menginterupsi orang lain.
Pengobatan
Penelitian
membuktikan penanganan penderita Attention Deficit Disorder (ADD) dengan
kombinasi obat-obatan dan terapi merupakan cara paling efektif. Obat yang
diberikan sering kali berfungsi membantu aktivitas otak agar menjadi lebih
normal.
Meski demikian
pemberian obat perlu dimonitor oleh dokter. Obat yang diberikan misalnya adalah
golongan psikostimulan. Pengobatan ini sebaiknya dikombinasikan dengan terapi,
misalnya cognitive behavioral therapy. Adanya grup terapi atau support group
dapat membantu masalah emosional yang dialami penderita ADD, misalnya rasa
bersalah, stres, malu, dan sebagainya.
Pencegahan
Sejauh ini belum
ada langkah pencegahan yang efektif untuk Attention Deficit Disorder (ADD).
Rangkaian terapi dapat membantu pasien dan orang-orang di lingkungannya untuk
mengendalikan perilaku dan mencegah pasien merasa tertekan dengan kondisi
lingkungan yang dihadapinya.
No comments:
Post a Comment