Pengertian
Blighted ovum
dikenal juga dengan anembryonic pregnancy atau kehamilan kosong. Ini adalah
suatu kondisi di mana seorang wanita merasa hamil, namun sebenarnya tidak ada
janin yang terdapat dalam kandungannya. Ia akan merasakan gejala kehamilan yang
umum terjadi –seperti mual dan muntah di awal kehamilan, perut membesar, dan
payudara mengeras.
Seorang wanita yang
mengalami blighted ovum biasanya akan mengalami terlambat haid. Bahkan, saat
melakukan pemeriksaan dengan menggunakan test pack, hasil yang didapat bisa
saja positif.
Keadaan ini
muncul ketika telur yang sudah dibuahi menempel pada rahim, namun tidak
membentuk embrio (janin). Meski demikian, kantung kehamilan (gestational sac)
dan hormon kehamilan umumnya tetap terbentuk.
Penyebab
Umumnya blighted
ovum disebabkan kelainan kromosom yang terjadi selama proses pembuahan sel
telur oleh sperma. Misalnya karena pembelahan sel abnormal, kualitas sel telur
(ovum), atau sperma yang buruk.
Kondisi ini juga
bisa disebabkan karena adanya infeksi –seperti TORCH, rubella, dan diabetes
mellitus yang tidak terkontrol. Selain itu faktor usia tua juga turut
meningkatkan risiko terjadinya blighted ovum, karena adanya penurunan kualitas
sperma atau ovum.
Diagnosis
Blighted ovum
umumnya dikonfirmasi melalui pemeriksaan USG kehamilan, di mana:
tidak tampak
embrio pada gestational sac dengan mean sac diameter (MSD) ≥ 25mm (pada kasus
MSD kurang dari 25 mm, akan disarankan USG ulang 1–2 minggu kemudian)
atau
tidak tampak
embrio setelah USG ulang:
≥ 11 hari pada
hasil USG sebelumnya yang menunjukkan gestasional sac dengan yolk sac, tapi
tanpa embrio
≥ 2 minggu pada
hasil USG sebelumnya menunjukkan gestasional sac tanpa yolk sac dan embrio
Gejala
Wanita yang
mengalami blighted ovum akan merasakan gejala kehamilan seperti wanita hamil
pada umumnya. Hasil tes kehamilan (beta HCG) juga menunjukkan hasil positif.
Hal ini disebabkan hormon kehamilan yang tetap diproduksi.
Selain dari hal
di atas, tidak ada gejala khusus yang menandakan bahwa Anda mengalami kehamilan
kosong atau tidak berkembangnya embrio di minggu awal ‘kehamilan’ terjadi. Pada
beberapa kasus, mungkin saja timbul nyeri perut, flek, atau pendarahan dari
vagina. Pada usia kehamilan 7–12 minggu biasanya terjadi keguguran
Pengobatan
Penanganan
terhadap kondisi blighted ovum yang dapat dilakukan hingga terjadi keguguran
secara alamiah.
Pilihan lain
adalah melakukan kuretase untuk mengeluarkan blighted ovum. Embrio dan jaringan
plasenta yang tidak berkembang akan dikeluarkan dari dalam Rahim. Setelah
proses kuretase dilakukan, wanita yang baru saja menjalaninya dapat saja
mengalami efek samping berupa kram perut. Namun hal ini akan segera berlalu.
Pencegahan
Munculnya
blighted ovum tidak dapat dicegah. Wanita yang pernah mengalami kondisi ini,
bisa tetap memiliki kemungkinan untuk hamil kembali dengan kondisi kandungan
yang sehat saat kehamilan tersebut terjadi.
Namun jika Anda
mengalami keguguran berulang sebanyak tiga kali atau lebih, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Anda dan pasangan bisa melakukan pemeriksaan bersama,
termasuk tes genetik untuk mencari tahu adanya kemungkinan kelainan yang
berisiko menyebabkan berulangnya keguguran.
No comments:
Post a Comment