Pengertian
Acrophobia
adalah ketakutan berlebihan atau ketakutan yang ekstrem terhadap ketinggian.
Fobia merupakan bagian dari gangguan kecemasan, di mana seseorang memiliki
ketakutan yang intens atau tidak rasional terhadap objek ataupun situasi
tertentu.
Acrophobia
merupakan salah satu jenis fobia yang cukup sering ditemukan. Kebanyakan dari
penderita acrophobia adalah wanita.
Penyebab
Beberapa faktor
yang diperkirakan dapat memicu timbulnya acrophobia pada seseorang antara lain:
• Pengalaman
traumatis, terutama yang berkaitan dengan jatuh dari tempat yang tinggi atau
kecelakaan lainnya. Rasa takut pada ketinggian merupakan rasa takut yang normal
ditemukan pada manusia.
Namun, jika
timbul pengalaman traumatis, rasa takut ini dapat berubah menjadi berlebihan
dan menimbulkan gangguan acrophobia. Rasa takut berlebihan ini juga dapat
muncul karena menyaksikan orang lain mengalami kecelakaan yang berkaitan dengan
ketinggian.
• Faktor
evolusi. Seperti dijelaskan sebelumnya, rasa takut pada ketinggian pada dasarnya
wajar dialami semua orang. Bahkan bayi dan anak kecil menunjukkan rasa takut
apabila terpapar pada ketinggian. Apabila mekanisme perlindungan ini menjadi
ekstrem, seseorang dapat mengalami acrophobia.
• Mencontoh.
Seseorang anak dengan orang tua yang mengalami acrophobia cenderung lebih mudah
untuk terkena acrophobia juga.
Diagnosis
Jika Anda
mengalami gejala acrophobia selama enam bulan atau lebih, dan gejala-gejala
tersebut sampai mengganggu kehidupan sehari-hari Anda, sebaiknya segera
berkonsultasi dengan dokter.
Umumnya gangguan
ini dapat didiagnosis melalui anamnesis atau wawancara medis mendetail. Dokter
dapat menanyakan mengenai gejala yang dirasakan saat berada pada ketinggian,
lama gejala tersebut muncul, kejadian traumatis di masa lalu berkaitan dengan
ketinggian, dan sebagainya.
Gejala
Tanda-tanda yang
dapat dikenali dari seseorang yang memiliki gangguan acrophobia antara lain
adalah:
• Serangan panik
saat berada pada ketinggian. Rasa panik ini biasanya disertai dengan gejala
bernafas cepat, ngos-ngosan, detak jantung yang tidak teratur, berkeringat,
rasa mual, gemetar, pingsan atau merasa pusing, dan sebagainya.
• Rasa takut
yang kuat saat mendaki, menuruni, atau berada pada ketinggian.
• Rasa cemas
yang muncul saat akan menuju tempat yang tinggi.
• Timbul reaksi
mendadak saat berada pada ketinggian, misalnya berlutut, mencari sesuatu untuk
dipegang, dan sebagainya.
• Menghindari
ketinggian (seseorang bisa menolak bekerja di gedung tinggi, atau menolak
bertemu teman yang tinggal di lantai apartemen tinggi, dan sebagainya).
• Pada beberapa
kasus juga bisa muncul serangan vertigo.
• Menyadari
ketakutan tersebut tidak relevan.
Pengobatan
Beberapa jenis
terapi dan obat-obatan dapat dipertimbangkan untuk mengatasi acrophobia, di
antaranya:
• Desensitisasi.
Terapi ini dianggap sebagai terapi yang efektif untuk menangani acrophobia.
Pemberi terapi akan memberikan paparan mengenai hal yang menakutkan bagi
pasien, dan secara bertahap berusaha mengurangi rasa takut tersebut. Misalnya,
pada kasus acrophobia terapis dapat memberikan tugas menaiki tangga, secara
bertahap tangga yang perlu dinaiki akan semakin tinggi dan rasa takut menaiki
tangga berusaha dikurangi.
Melalui proses
ini terapis berusaha memahami kenapa dan bagaimana pasien menjadi takut
terhadap ketinggian. Metode relaksasi dapat diajarkan kepada pasien untuk
membantu mengatasi rasa takut tersebut.
• Cognitive
behavioural therapy (CBT). Melalui terapi ini seseorang dengan acrophobia akan
diajarkan untuk memodifikasi perilaku ketakutan dengan perilaku yang positif.
• Obat-obatan,
dapat diresepkan obat anti-ansietas dan anti-depresan untuk membantu mengontrol
gejala.
No comments:
Post a Comment